Al Imam Ibnu Hajar Al ‘Asyqalany merupakan ulama’ ahli hadits di zamannya. Semua umat Islam dari berbagai generasi tidak ada yang tidak mengakui kealimannya. Tidak ada satu firqah pun yang tidak memakai dan memanfaatkan serta menukil berbagai karya beliau, termasuk ulama’ Wahabi sekalipun. Dalam Kitab Al Hawy lil Fatawy Juz 1 shohifah : 282, karya Imam Jalaluddin Al Suyuthy, beliau dinuqilkan, akan sebuah kesempatan di mana beliau ditanya tentang amaliyah maulid Nabi SAW. Apa jawab beliau?
Asal muasal amaliyah Maulid Nabi SAW adalah sebuah amaliyah bid’ah yang memang belum pernah sekalipun diketahui dilakukan oleh generasi salafus sholih sejak kurun ketiga hijriyah. Di dalam praktik amaliyah Maulid ini terdapat sejumlah kebaikan dan juga sekaligus keburukan, dan bila keburukan tersebut disingkirkan, maka jadilah kebaikan. Akan tetapi, bila tidak disingkirkan, maka tidak ada kebaikan di dalamnya.
Syeikh Ibnu Hajar Al ‘Asyqalany lantas bercerita tentang hadits swbagaimana termaktub dalam dua Kitab Shohih, yakni tentang Nabi SAW ketika beliau baru tiba di Kota Madinah, beliau menjumpai adanya orang Yahudi yang tengah berpuasa ‘Asyura. Bertanyalah Nabi SAW kepada mereka: “Mengapa mereka berpuasa pada hari tersebut?” Jawab mereka: “Bahwa pada hari itu, Allah SWT telah menenggelamkan bala tentara Fir’aun sehingga selamatlah Nabi Musa alaihissalam karenanya. Jadilah, kemudian mereka berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat keselamatan tersebut dan hilangnya keruwetan (bencana) yang menimpa kepada mereka. Dan hal ini senantiasa mereka lakukan seterusnya pada tanggal-tanggal yang sama dengan melakukan berbagai macam ibadah seperti puasa, sujud, shodaqah dan lain sebagainya.