مَنْ هُوَ الْمُكَلَّف
Siapakah yang dimaksud dengan mukallaf itu?
   الْمُكَلَّفُ شَرْعًا هُوَ الْبَالِغُ الْعَاقِلُ الَّذِى بَلَغَتْهُ دَعْوَةُ الإِسْلامِ، وَالْبُلُوغُ يَكُونُ: بِبُلُوغِ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً قَمَرِيَّةً أَوْ رُؤْيَةِ الْمَنِىِّ أَوْ رُؤْيَةِ دَمِ الْحَيْضِ، وَأَمَّا الْعَاقِلُ: فَهُوَ الَّذِى لَمْ يَذْهَبْ عَقْلُهُ.
Mukallaf secara syara’ adalah orang baligh, berakal dan telah sampai padanya da’wah Islam. Masa baligh ditandai dengan: telah sampainya usia 15 tahun qomariyah, atau disebabkan karena telah mimpi keluar mani, atau juga karena telah menyaksikan darah haidl. Adapun yang dimaksud berakal adalah: Orang yang tidak hilang akalnya.
  وَيُشْتَرَطُ بُلُوغُهُ دَعْوَةَ الإِسْلامِ: يَعْنِى أَنَّهُ إِنْ كَانَ الْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ فِى شَخْصٍ يَصِيرُ مُكَلَّفًا بِمُجَرَّدِ أَنْ يَبْلُغَهُ أَصْلُ الدَّعْوَةِ الإِسْلامِيَّةِ، أَىْ أَنْ يَبْلُغَهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَمَنْ كَانَ بَلَغَهُ الإِسْلامُ فَهَذَا هُوَ الْمُكَلَّفُ الَّذِي هُوَ مُلْزَمٌ بِأَنْ يُسْلِمَ وَيَعْمَلَ بِشَرِيعَةِ الإِسْلامِ، وَأَنْ يُؤَدِّىَ الْوَاجِبَاتِ كُلَّهَا وَيَجْتِنَبَ الْمُحَرَّمَاتِ كُلَّهَا.
Disyaratkan sampainya dakwah Islam, maksudnya adalah jika kebalighan dan keberakalan seseorang tersebut menjadikannya mukalaf dengan sendirinya disebabkan sampainya dakwah Islam kepadanya, yaitu sampainya kalimah laa ilaaha illa allah muhammadun rasulullah. Maka barang siapa Islam telah sampai padanya, maka dia sudah termasuk mukallaf sehingga dikenai kewajiban berislam dan beramal sesuai syari’at Islam, menjalankan perkara wajib dan menjauhi perkara yang diharamkan.
   وَيُفْهَمُ مِنْ ذَلِكَ أَنَّ الطِّفْلَ الصَّغِيرَ لَيْسَ عَلَيْهِ مَسْؤُولِيَّةٌ فِى الآخِرَةِ حَتَّى يَبْلُغَ، وَكَذَلِكَ الْمَجْنُونَ فِى حَالِ جُنُونِهِ، وَكَذَلِكَ الَّذِى عَاشَ بَالِغًا وَلَمْ تَبْلُغْهُ دَعْوَةُ الإِسْلامِ.
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa sesungguhnya anak-anak bukanlah termasuk orang yang kelak dikenai tanggung jawab diakhirat sehingga ia baligh. Demikian halnya dengan orang yang gila selagi masih tetap sifat gilanya dan orang yang meski telah dewasa namun belum sampai kepadanya dakwah Islam.
   قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً﴾ [سُورَةَ الإِسْرَاء/15].
Allah berfirman: “Tiada diadzab seseorang sehingga sampai padanya seorang utusan yang kami utus.”
   وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ” رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.
Rasulullah SAW bersabda: “Pena diangkat dari tiga orang, yaitu: Orang yang tidur sehingga ia terbangun, anak sehingga ia telah ihtilam (mimpi keluar mani), dan dari orang gila sehingga ia kembali berakal.”
   فَائِدَةٌ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو الْعَرَبَ الْمُشْرِكِينَ فِى مَوْسِمِ الْحَجِّ حِينَ يَجْتَمِعُونَ مِنْ نَوَاحٍ شَتَّى إِلَى الإِسْلامِ، وَيُسْمِعُهُمُ الشَّهَادَتَيْنِ: “أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ” صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَكَانَ مُشْرِكُو الْعَرَبِ يَحُجُّونَ إِلَى الْكَعْبَةِ تَقْلِيدًا لأِجْدَادِهِمُ الْمُسْلِمِينَ.
Sebuah faedah: 
Adalah Rasulullah SAW menyeru kepada masyarakat Arab yang musyrik pada saat itu kepada agama Islam, yakni pada musim haji, yaitu ketika mereka terkotak2 dalam kabilah2 yang berbeda. Rasul memperdengarkan kepada mereka dua kalimat Syahadat: “Saya bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah sallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan adalah kaum musyrik arab saat itu sudah melaksanakan haji ke ka’bah dengan bekal taqlid kepada para nenek moyang mereka yang muslim.