ASWAJA MUDA BAWEAN

Kumpulan Hasil-Hasil Bahtsul Masail via Kajian Fikih Terapan [KFT]

KISWAH

Yang Benar itu kata "Dukun", bukan kata "Kyai"

3 Mins read

​Budaya Jawa menurut hemat saya, dalam konteks pluralisme dan multikulturalisme hanyalah salah satu komponen dari pluralisme dan multikulturaisme.
Karena saya adalah orang Jawa , mungkin wajar saja jika lalu memberikan perhatian pertama pada budaya Jawa.
Tentu saja, saya lebih memahami walaupun sedikit terhadap Budaya Jawa ini, dibanding bila saya memahanmi budaya budaya suku bangsa lain yang sangat beragam di negara ini.
Mengingat Budaya Jawa atau eksistensi Budaya Jawa kini tengah menghadapi pemarginalisasian yang sama seperti yang juga dialami budaya daerah lainnya , maka sebenarnya membicarakan nasib budaya Jawa , seperti sudah mewakili budaya budaya lainnya.
Budaya budaya daerah pada waktu ini bahkan sudah sejak lama dikatakan sebagai mengalami marginalisasi atau katakanlah tercampak dari kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita ini.
Sebelum kita membicarakan Budaya Jawa lebih jauh , kiranya perlu penjelasan lebih dahulu pada hal hal yang sering menjadi tanda tanya.
Kalau orang Jawa mengikutkan kata adi luhung sesudah kata budaya Jawa , tak kurang tak lebih adalah sebagai pemantas karena begitu cintanya orang Jawa terhadap budaya warisan leluhurnya ,yang begitu dijunjung tinggi.
Budaya Jawa seperti budaya daerah lainnya memuat yang disebut kearifan kearifan lokal .Kearifan lokal ini timbul dan terbentuk dari pengalaman pengalaman hidup yang sangat panjang yang kemudian digunakan sebagai tuntunan hidup orang Jawa , lahir batin , Tuntunan budi pekerti . pengendalian diri ,eling dan waspada dalam semua tindakan peka semua yang agal maupun yang alus dan tuntunan terhadap patrap atau perilaku , tingkah laku disertai harapan supaya budaya tersebut dapat menjadi sesuatu yang berharga yang dapat dijadikan penuntun hidup , memberi kecerahan dan pencerahan dan melindungi pada siapa yang percaya.
Sebagaimana tujuan hidup orang Jawa yang selalu mendambakan tata tentrem kerta raharjo , untuk itu setiap orang Jawa dulu diajar untuk menghormat kepada yang pertama adalah Gusti Allah SWT – Sang Pencipta. Menghormat segala makluk di sakurebing langit salumahing bumi, karena dengan menghormati ciptaan Nya juga berarti menghormati Sang Penciptanya.
Saling menghormat intinya , menghindari bentrokan . Namun bukan tak mungkin bahwa sesuai dengan tingkat berpikirnya orang, kadang kadang seseorang memberikan penghormatan kepada ciptaanNya secara berlebihan , sehingga kadang terkesan tampak musyrik , yang padahal tak ada tujuan untuk berbuat seperti itu.
Namun orang orang yang ingin menyudutkan . tak mau memahami bahwa kekeliruan tersebut sifatnya hanya khilaf saja mengingat tingkat berpikir mereka belum menjangkau ke arah situ.
Demikian pula kata kata adi luhung yang benar bukan dinyatakan dengan membusungkan dada dengan perasaan lebih besar dari yang lain dan bukan merupakan penonjolan diri sebagai lebih unggul dari yang lain lain ,sehingga sepertinya mengecilkan yang lain , melainkan sekedar luapan dan ungkapan emosi betapa orangJawa sangat mengagungkan budayanya tanpa dengan maksud merendahkan yang lain.
Termasuk dalam hal ini, pemakaian kata dukun, bukan dimaksudkan bahwa kosakata ini condong kepada mereka yg gemar memakai kosakata ini untuk menunjuk seseorang berkhodam jin, dan sebagainya.
Dukun dalam istilah Jawa, memiliki banyak arti, diantaranya: mereka yg gemar menolong orang melalui sistem pengobatan, dan ada juga yang dimaksudkan sebagai ahli wikan, poro wicaksono, dan sebagainya.Untuk yg masuk kategori para wicaksono ini tak lain adalah mereka yg gemar menekuni suluk. Hal terbukti dari banyaknya Serat Suluk yang tertulis dalam bahasa Jawa, dan tak ada satu pun dari penulis serat tersebut yang memakai gelar Kyai. Ini yang mutlak diperhatikan.
Dukun
Berdasar makna kamus literer Jawa, yang dimaksud dengan dukun adalah sung tuduh marang Dzat kang Kun (memberikan petunjuk tentang Dzat yang Kun). Kun adalah penggalan dari frasa Arab, asalnya dari kata kun fayakun.
Jadi, menilik dari asal kata dukun ini, maka sebenarnya dukun maknanya adalah positif, hanya saja dalam perkembangannya telah mengalami distorsi sehingga mengalami penyempitan makna. Kata yg justru mendapat arti perluasan makna malah terjadi pada kata Kyai dan Ki.  Kyai, dalam literasi Jawa sering dipakai untuk menyebutkan benda2 pusaka yang ampuh. Seperti misalnya nama Kyai Tumbak Alugoro, Tumbak Kyai Plered, Keris Kyai Empu Gandring, dan lain sebagainya. Kalau kita sempat rekreasi ke Keraton Yogyakarta, kita akan menemukan banyak alat dan instrumen gamelan yang diberi nama Kyai, kereta kencana yang juga dinamakan Kyai. Nah, jelas bukan?
Jadi, sebenarnya makna dukun adalah sama dengan kata Kyai yang acapkali dipakai saat ini. Justru sebaliknya, kata Kyai yang dulu, justru sesuai dengan pengertian sebenarnya dari dukun di era sekarang. Terbalik, bukan? Hanya saja, kemudian muncul penggunaan tembung Jarwo Dosok untuk mengeliminasi timgkat kekeliruan itu dengan memberikan ujaran, bahwa Kyai asalnya dari kata kabeh ngayahi (menguasai segala). Padahal, mana mungkin seseorang mampu menguasai segala?
Hal ini, akan lebih jelas jika menilik sejarah berdirinya Pondok Pesantren, yang mana dalam aspek historisnya, pondok pesantren adalah tempat untuk menimba ilmu Tauhid, Syariat dan Tasawuf. Artinya, jika pesantren yang diasuh oleh seorang kyai mengajarkan ilmu Tauhid, maka seharusnya Sang Kyai yang sekarang adalah dipanggil Dukun
Lantas, seberapa pentingnya memahami kedua konteks kebahasaan ini?
Dengan menyadari adanya peralihan makna kosakata Jawa ini, maka imbas yang terjadi adalah pada beberapa sisi ajaran Jawa yang konon dianggap sebagai ajaran dukun dengan pengertian sekarang. Ini, yang semestinya menjadi obyek kajian yang sangat penting dewasa ini. Hal ini adalah menilik dari beberapa hal sisi ajaran yang diantaranya tidak bertentangan dengan syari’at Islam, bahkan Tauhid. 
Terakhir, sebagai penutup, saya ingin bertanya kepada anda para pembaca. Anda lebih suka dipanggil apa, dipanggil dukun atau Kyai?

Power your team with InHype

Add some text to explain benefits of subscripton on your services.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *